Munajatlah Wahai Hamba Allah s.w.t.....

Sunday, October 10, 2010

Di kala tanah gersang menangis

Di Kala tanah gersang menangis


Bintang enam  melabuhkan dubur di bulan sabit yang utuh

Bersama abjad tambah mereka sinis menjajah tanah itu

Pawana semilir pada norma-norma menghitam muktahir

Meluluh lusuh satu demi satu citraneka warna-warna bianglala

Struktur tertunggul rapat tanpa celahan melahirkan bisu dan beku

Zarah-zarah yang dahulunya gemerlapan

Kini menjadi gemer-sifar kosong dan tiada

Lenyap sudah sebuah maruah




Mana larinya obor-obor berapi-api

Di mana pupusnya akar yang berubi subur mekar di tanah gersang

Ku lihat hanya secubit duri kaktus bertahan menahan desiran pasir ini

Mereka berhijrah ke rimba liar di seberang sungai kering

Demi menuai dahaga rakus di tengah rimba mereka politikkan

Di ruang suram kota kehijauan menurut pendeta





Berdaulat kini payung kuning jata kota itu

Tenggelam sudah kejatian yang berasal usulkan seni murni

Lupakan kulit kacang membawa definisi tanpa merugi

Namun berwaspadalah akan sumpahan raja wali

Bakal tiba detiknya tanah gersang itu dibasahi hujan nikmat

Melimpah ruah hingga nurnya membuta tulikan mata mereka

Terdengar suara berteriakkan khabar hiba buat tikus-tikus yang rakus

Usah kembali lagi hai cucu-cicit iblis kata desir pasir

Bukan hakmu lagi

Bukan asalmu ini!

Di sana di kota rimba pulanglah kamu

Hadiratmu mengundang murka para khalifahku





Tanah gersang itu hanya berdiam

Menundukkan kepalanya menangis sepi

Sayup-sayup kedengaran bisikan kecilnya

Maafkanlah saya hai hamba-hamba

Telah kau sakiti hati ini

Meninggalkan diri di kala musibah menerjah

kini sumber nur siang berundur dari paksi sebelumnya

tertutup sudah gemilang era silam

No comments:

Post a Comment